Tentang Wanita Modern: Bagaimana Kebahagiaan bisa Terenggut Darinya?

>> 26 Desember 2008


Judul : Wanita Salah Langkah: Menggugat Mitos Kebebasan Wanita Modern
Buku Asli :
WHAT OUR MOTHERS DIDN'T TELL US: Why Happiness Eludes the Modern Woman
Pengarang : Danielle Crittenden
Penerbit : Qanita
Tahun terbit : 2002
Jumlah hlmn : 256 hlm

Hai pecinta buku wanita!

Buku ini terbeli saat saya mahasiswa atas rujukan seorang teman yang bersama-sama saya mendirikan Pusat Studi Perempuan dan Anak BENIH di Solo. Ketika itu, kami juga mengadakan bedah buku ini yang dihadiri oleh banyak wanita di Taman Budaya Surakarta. Setting kebebasan wanita modern di Amerikalah yang digugat secara penuh kasih dan dengan cara-cara yang tidak lazim oleh buku ini. Francis Fukuyama mengatakannya sebagai kecaman yang mengesankan. Seperti dalam salah satu komentar, buku ini tidak menyarankan agar para wanita untuk melepaskan impian mereka untuk menikah, berkeluarga, dan memiliki karir yang memberi kepuasan batin, namun menyarankan agar wanita lebih baik dalam merencanakan dan menentukan skala prioritas berbagai aspek kehidupan yang ingin mereka jalani. Semoga buku ini membantu kita untuk bisa menempatkan makna kebebasan secara lebih proporsional. Here are 20 gem of the book:

“Benarkah karir lebih penting dan lebih memuaskan batin ketimbang membesarkan anak? Mengapa pasangan saya tidak menunjukkan antusiasme yang sama dengan saya dalam hal perkawinan? Mengapa keseimbangan menjadi ibu yang baik dan ibu bekerja begitu sulit dipahami? Mengapa ibu saya bisa tinggal di rumah membesarkan anak sementara saya tidak? Dengan mengorbankan karir saya, apakah saya mengorbankan jati diri saya? Apakah kaum wanita dan pria harus berusaha menempuh kehidupan yang sama atau apakah ada alasan yang lebih baik untuk mengakui adanya pembagian tugas suami-istri? Jika demikian, apakah pembagian ini membuat kita “tidak setara”? Aneka pertanyaan yang terus-menerus ditanyakan, yang menghantui kita, adalah pertanyaan yang tidak pernah dijawab oleh gerakan wanita, atau, sekalipun dijawab, jawabannya tidak banyak membantu”

“Pria dan wanita hanya bisa disetarakan dalam semua segi kehidupan apabila female modesty dapat dihilangkan oleh kaum wanita.” (Socrates dalam Plato’s Republic) (female modesty= karakter feminin yang mencakup kehormatan wanita, sikap kelembutan dan keibuan)”

“Perhatian besar kaum wanita tentang cinta dan penampilan mereka adalah bagian dari kehidupan wanita yang sifatnya abadi, yang tidak akan bisa diubah oleh pergerakan politik manapun.”

“Dalam proses meruntuhkan semua penghalang, yang berangsung selama satu generasi, mungkin secara ceroboh kita juga telah menghancurkan fondasi yang sebetulnya sangat diperlukan untuk kebahagiaan. Berpura-pura bahwa kita sama dengan pria –dengan kebutuhan dan keinginan yang sama—hanya membuat kita meniti jalan untuk akhirnya menyadari, dengan cara yang sangat menyakitkan, bahwa kita dan mereka benar-benar berbeda.”

“Semakin terpelajar dan berambisi seorang wanita, semakin besar pula kemungkinannya dia menunda pernikahan dan melahirkan anak, demikianlah yang dilaporkan biro sensus Amerika.”

“Jika para wanita generasi lalu dibesarkan untuk meyakini bahwa mereka hanya bisa menemukan jati diri mereka dengan menjalani kehidupan sebagai seorang istri dan ibu, di masa sekarang ini, kebalikannyalah yang dianggap benar: Di luar peran-peran itulah kita akan bisa mewujudkan seluruh potensi kita dan nilai diri kita sebagai manusia. Pengantin berusia 20 di masa sekarang dipandang sama menyedihkannya dengan perawan berusia 30 di masa lalu.”

“Saya hidup sendirian, membayar segala macam bon tagihan, dan membetulkan sendiri stereo saya jika rusak. Namun, kadang-kadang kemandirian itu tampak seperti kepura-puraan yang menyembunyikan hasrat kewanitaan yang lebih tradisional, hasrat untuk dilindungi dan dinafkahi. Kemandirian yang begitu didambakan oleh generasi ibu saya untuk anak perempuannya adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya kita hargai atau kita inginkan.” (Katie Raphie, feminis)

“Berbagai kualitas manusia matang tersebut—bijaksana, bertanggung jawab, kesediaan berkorban untuk orang lain, menerima fakta bahwa manusia semakin menua dan akhirnya akan mati—adalah kualitas yang hanya bisa muncul langsung dari hubungan cinta dan komitmen kita pada orang lain.” “Yang jarang kita dengar—atau yang terlalu menakutkan untuk diakui—adalah bahwa perkawinan sebenarnya bisa sangat membebaskan kita dari berbagai tekanan.”

“Mengapa wanita menyelesaikan lebih banyak dituntut menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga? Ini bukan saja menyangkut apa yang diharapkan oleh suami dan masyarakat, melainkan –yang lebih halus lagi—menyangkut impulsnya sendiri untuk melakukan segala sesuatu dan berkorban demi suami dan keluarganya. Ini yang disebut dengan “impuls rasa sayang”. Kebutuhan untuk memperhatikan dan mengurus orang-orang di sekitarnya.”

“Bahkan pada wanita yang berniat untuk menentang perkawinan tradisional, ironisnya, si wanita itu menghendaki keuntungan tradisional dari perkawinannya, baik dia menyadari atau tidak. Kaum wanita—betapapun individualistis atau ambisiusnya dia—tetap ingin menikah dengan pria yang setia kepadanya, yang sanggup menafkahi keluarga, ayah yang bertanggung jawab dan penuh cinta, dan akan tetap bersama istrinya sampai tua nanti.”

“Apakah masuk akal mengukur nilai seseorang dalam perkawinan dengan mengukur besarnya uang yang disumbangkan masing-masing pihak dan ditenggelamkan oleh keributan tentang siapa yang bertugas menyapu dan siapa yang harus membersihakan jalan masuk ke rumah.”

"Mungkin yang harus kita harapkan dari perkawinan bukanlah kesetaraan yang kita pahami, namun kesetaraan jiwa. Kita menginginkan agar suami mencintai dan menghargai kita, memandang diri kita sebagai mitranya yang sejajar dalam semua aspek hati dan pikiran, tapi itu tidak berarti bahwa kita harus melakukan hal yang persis sama dalam kehidupan kita sehari-haro, untuk menjalankan peran yang benar-benar identik.”

“Betapapun banyaknya mainan, dinding yang dicat dengan aneka gambar ceria, dan petugas TPA serta pengasuh anak yang terampil, tak satu pun yang bisa menggantikan perhatian dan cinta seorang ibu.”

“Meskipun terus menerus diyakinkan kepadanya bahwa anaknya ada yang menjaga, wanita yang mencium kening anaknya setiap pagi sebelum melangkah keluar rumah untuk pergi ke kantor tetap saja merasa bahwa yang paling dibutuhkan anaknya adalah dirinya.”

“Perasaan bersalah karena kita mengabaikan anak-anak kita adalah efek samping dari perasaan cinta bagi kita bagi mereka. Hal itulah yang bisa mencegah kita agar tidak terlalu jauh, dan tidak terlalu lama meninggalkan mereka. Tangisan mereka seharusnya lebih nyata daripada panggilan dari kantor.”

“Jangan sekali-kali menyebut diri menjadi tua (aging), melainkan menjadi bijak (saging).”

“Pada akhirnya, pengaruh usia toh akan kentara juga, dan memaksa kita untuk mengenali apa yang penting dalam hidup ini dan apa saja yang layak dipandang sebagai prestasi.”

“Saya rasa, tanpa anak-anak saya, menjadi apa pun saya, saya akan merasa tidak penuh, lenyap, berkurang, terpenjara di balik kulit saya, orang yang tidak akan meninggalkan jejak karena melangkah ke depan, jejaknya hanya akan mundur ke belakang.” (Anne Roiphe, penulis)

“Betapapun tingginya sukses yang kita raih dalam hidup ini, keluargalah yang mencintai kita; dan bagaimana mereka mencintai kita sangat ditentukan oleh apa yang kita berikan kepada mereka. Pada akhirnya, suami dan anak-anaklah, dan para cuculah, yang kita harapkan berada di sisi tempat tidur kita saat malaikat maut menjemput, yang memegang tangan kita yang mendingin.”

“Semestinya kita menilai kembali secara jujur hasrat kita sebagai wanita. Semestinya kita mengakui secara jujur berbagai pengorbanan yang telah kita lakukan sebagai imbalan untuk kebebasan yang sekarang kita peroleh. Semestinya kita memikirkan kembali cara-cara yang kita terapkan dalam menata kehidupan kita. Dan semestinya, yang terpenting, kita bertanya apakah siap hidup serasi dengan kaum pria—hidup yang didasarkan pada saling menghargai perbedaan masing-masing, namun juga saling mengakui betapa kita saling membutuhkan dan saling menginginkan"

What a nice book Crittenden!:-)


2 comments:

robi'ah al adawiyah 7 Maret 2010 pukul 07.18  

assalamu'alaikum!!!!
SUBHANALLAH...sahabatku ini kucari2 seantero blog. aku terharu baca resensimu tentang WANITA SALAH LANGKAH. kau cantumkan benih disitu dan aku berdesir.aku kangen bet!!!taukah kau? aku sedang masih merintis dan melanjutkan cita 2 kita. kini namanya Komunitas Peduli perempuan dan Anak BENIH.ada juga rumah bacaBENIH CENDEKIA.kamu dimana bet? aku nyari kontakmu.semoga ini awal dari kecerdasan2 baru yang aku dapat darimu.Oya anakku telu bet...

Kumpulan Kata Mutiara 8 Maret 2010 pukul 06.13  

Wa'alaikumussalam

Aku juga kangen vid. Dahsyat juga ya anakmu tiga hehehe. Terus bergerak dan berjuang untuk masyarakat.. Yuuuk mari...

Bookmark and Share

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP