Personality Plus: Bagaimana Memahami Diri Orang lain dengan Memahami Diri Sendiri
>> 27 September 2008
Judul : Personality Plus: Bagaimana Memahami Diri Orang lain dengan Memahami Diri sendiri
Buku Asli:
Personality Plus: How to Understand Others by Understanding Yourself
Pengarang : Florence Littauer
Penerbit : Binarupa Aksara
Buku yang menjadi best seller di toko buku ini saya baca empat tahun lalu atas promosi dan pinjaman seorang teman kos. Setelah itu, setiap menemukan ciri kepribadian satu sama lain menjadi hal-hal yang lucu di dalam kos. Misalnya seorang teman tipe melankolis yang berwajah serius memberi nama di setiap barang miliknya (bahkan sampai hanger, BH dan celana dalam hehehe) dan merasa sangat bersalah hanya karena terlambat mengembalikan buku. Sebaliknya, saat mendapat kemalangan (jauh menuntun motor yang bannya bocor), saya bersama sesama sanguinis justru bersenang-senang dengan hal itu.
Saya juga jadi sangat memahami dan tidak pernah ambil pusing mengapa suami melakukan atau mengatakan ini dan itu. Enjoy aja! Karena sejak pertama berkenalan, saya langsung mengetahui bahwa suami saya adalah seorang koleris sejati. Hari ini buku tersebut kembali saya buka atas permintaan dari suami saya tersayang di Damaskus, Syria untuk menceritakan isi buku ini. Enjoy reading! Here is the gem of the book:
“Selain memiliki penampilan yang berbeda, tekstur rambut, warna mata, dan bentuk tubuh yang berbeda, orang juga memiliki kepribadian unik yang berbeda-beda.”
“Setiap orang lahir dengan pembawaan yang condong kepada satu (atau lebih) tipe kepribadian. Kebanyakan dari kita merupakan kombinasi dari dua kepribadian.”
“Memperkenalkan Empat Kepribadian yang Terkenal Ini:
Sanguinis (Kepribadian Populer), Label : Tukang ngomong
“Suka bersenang-senang, ceria, supel, menarik orang karena tampaknya selalu gembira.”
“Kebutuhan emosional: Perhatian, kasih sayang, dukungan, penerimaan (“beri aku dong!”)”
“Tak terorganisasikan” “Tanpa perencanaan dan perhatian kepada hal-hal yang terlalu rinci”
“Tak pernah bisa kemanapun tepat pada waktunya” “Sering meremehkan banyaknya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga terburu-buru pada menit-menit terakhir (hasil menjadi tidak rapi dan tergesa-gesa).”
“Semangat mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan spontan, sering membuat mereka bertindak tanpa berpikir, sehingga mengakibatkan masalah.”
Melankolis (Kepribadian Sempurna) “Label: Pemikir”
“Hasrat dasar : Kesempurnaan”
“Mendalam, pemikir, introspektif, serius, perfeksionis”
“Motto : “Kalau memang layak dikerjakan, kerjakanlah dengan benar”
“Sulit menerima kesalahan (kecewa dengan kenyataan dunia yang tidak sempurna)”
“Berorientasi pada tugas, cermat (perhatian terhadap detil dan perencanaan) dan terorganisasikan.” “Penuh pertimbangan dan peka (sehingga bisa mudah tersinggung)”
Koleris (Kepribadian Kuat), Label : Pelaku
“Kebutuhan emosional: rasa mengendalikan/menguasai, loyalitas, penghargaan, dan pengakuan atas prestasi-prestasi mereka.”
“Dalam kelompok, orang koleris cenderung menjadi pemimpin/presidennya, menjadikan tugas-tugas terlaksana, dan tidak membuang waktu dengan omongan sia-sia. Mereka adalah pemimpin dinamis.” “Hebat dalam memotivasi orang lain dan menyelesaikan pekerjaan”
“Motto: “Just Do It!” (Pokoknya kerjakan saja!); “Ayo selesaikan tugasnya!” “Kerjakan apa yang kukatakan sekarang juga. Ayo gerak!”
“Suka memberi nasehat cuma-cuma, nasihat yang tidak diminta. Karena mereka berasumsi bahwa kalau Anda melakukan suatu hal yang keliru, mereka mengetahui mengetahui cara yang lebih baik, dan Anda tentu mau menerima informasinya secepat mungkin.”
“Selalu sibuk dengan suatu kegiatan.”
Phlegmatis (Kepribadian Damai), Label : Penonton/pendamai
“Kebutuhan emosional: Kedamaian, harga diri, keberartian”
“Santai dan diplomatis” “Kepribadian yang manis, yang menyenangkan”
“Tidak suka risiko, tantangan, kejutan, dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perubahan.”
“Berorientasi pada ketenteraman. Mencari kedamaian dan ketenangan serta cenderung menjadi negosiator ketimbang menjadi pejuang. Memiliki tingkat energi yang rendah”“Tidak merasa harus berbuat apa-apa, dan seandainya pun semua orang tidak berbuat apa-apa, mereka akan tetap saja mencukupkan dirinya.”
Good job, Mr. Littauer! Thank you...
Salam sukses
Beti
0 comments:
Posting Komentar