Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al Qur’an (volume 1: Pendahuluan dan Al Fatihah)
>> 28 September 2008
Judul Buku : Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al Qur’an (volume 1)
Pengarang : M. Quraish Shihab
Penerbit : Lentera
Tahun terbit : 2000 (cetakan IX 2007)
Jumlah hlmn : 624 hlm
Katanya, jika ingin "ngobrol" dengan Allah, sholatlah. Dan jika ingin obrolan kita dijawab, bacalah Al Qur'an. Dan ternyata bagi saya itu memang benar. Entah berapa kali ayat yang saya baca cocok untuk menjawab permasalahan/hal yang sedang saya pikirkan hari itu. Padahal saya tidak memilih ayatnya, melainkan hanya membaca secara urut setiap hari. Tapi kok kebetulan sering pas yaa.. Kebetulankah atau memang seperti kata pak Quraish, Quran itu bagai intan yang bisa mantul kemana-mana ya? Wow! menakjubkan... Btw, ajaklah quran berbicara dan kita akan menyaksikan keindahannya. Buku ini membantu kita melihat keindahan tersebut. Demikian pula dengan ke 15 jilid buku tafsir ini.
Meskipun saya temukan terkadang Shihab bisa menafsirkan dua hal secara berbeda atau bertolak belakang pada buku yang berbeda, berdasarkan konteks ketika dia menulis. Misalkan mengenai konsep penciptaan laki-laki dan perempuan.
Inilah 20 kutipan dari jilid 1 buku tersebut:.
“Al Qur’an al Karim adalah kitab yang oleh Rasul saw dinyatakan sebagai “Ma’dubatullah” (Hidangan Ilahi)”
“Memang, wahyu pertama memerintahkan membaca iqra bismi rabbika, bahkan kata iqra diulanginya dua kali, tetapi ia juga mengandung makna telitilah, dalamilah, karena dengan penelitian dan pendalaman itu manusia dapat meraih kebahagiaan sebanyak mungkin.”
“Keistimewaan Al Qur’an paling tidak dalam tiga aspek: ketelitian dan keindahan redaksinya, isyarat-isyarat ilmiahnya, dan pemberitaan hal gaib masa lalu dan masa yang akan datang yang diungkapnya.”
“Ambillah sebagai contoh kalimat aqim ash-shalah yang biasa diterjemahkan dengan “dirikanlah sholat”. Terjemahan ini bukan saja keliru, karena kata aqim bukan terambil dari kata qama yang berarti “berdiri” tetapi dari kata qawama yang berarti “melaksanakan sesuatu dengan sempurna serta berkesinambungan.”
“Menyadari sebab kesalahan adalah tangga pertama meraih sukses.”
“Ayat-ayat al Qur’an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika mempersilahkan orang lain untuk memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat.”
“Keserasian yang amat mengagumkan bagai kalung mutiara yang tidak diketahui mana ujung dan pangkalnya, atau seperti vas bunga yang dihiasi aneka kembang berbeda dan warna-warni tetapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang indah.”
“Rasulullah saw mendekatkan gambaran besarnya rahmat Tuhan dengan bersabda, “Allah menjadikan rahmat seratus bagian. Dia menyimpan di sisi-Nya 99 bagian, dan diturunkannya ke bumi ini 1 bagian. 1 Bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (Begitu meratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anaknya.” (HR Muslim)
“Hamd atau pujian adalah ucapan yang ditujukan kepada yang dipuji atas sikap atau perbuatannya yang baik walau ia tidak memberi sesuatu kepada pemuji.”
“Dia mengajar manusia untuk memuji-Nya dengan kata yang sangat sederhana. Apa yang diajarkan Allah ini sungguh singkat.”
"Seseorang yang menghayati bahwa Allah adalah Ar Rahman. Ia akan menjadi bagai matahari yang tidak kikir atau bosan memancarkan cahaya dan kehangatannya, kepada siapa pun dan dimana pun. Kalaupun terdapat perbedaan perolehan cahaya dan kehangatan, maka itu lebih banyak disebabkan oleh posisi penerima bukan pemberi, karena matahari selalu konsisten dalam perjalanannya serta memiliki aturan atau hukum yang tidak berubah.”
"Rasul SAW bersabda, “Allah berfirman, “Aku membagi sholat antara aku dan hamba-Ku separuh-separuh, dan untuk hambaku apa yang dia mohonkan. Maka apabila seorang hamba berkata Alhamdulillah Rabb al ‘alamin, Allah menyambut dengan berfirman,” Aku dipuja hambaku”, dan bila membaca Ar rahman ar rahim Allah berfirman, “Aku dipuji hamba-Ku.” Dan bila dia membaca Malik Yaum ad din Allah berfirman, “Aku diagungkan oleh hambaku.”, dan apabila membaca iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allah berfirman, “Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia mohonkan. Dan apabil aia membaca ihdina ash shirath al mustaqim shirath alladzina an’amta ‘alaihim ghair al maghdhubi ‘alaihim wa la adh-dhallin , maka Allah berfirman, “Ini untuk hamba-Ku dan bagi hambaku apa yang dia mohonkan.” (HR Muslim melalui Abu Hurairah)
“Iyyaka menunjuk pada persona kedua. Ini berarti ayat di atas mengajarkan untuk mengucapkan iyyaka menuntut pembacanya agar menghadirkan Allah dalam benaknya.”
“Tiga unsur pokok hakikat ibadah: 1) si pengabdi tidak menganggap yang berada dalam genggamannya sebagai miliknya. 2) segala usahanya hanya berkisar pada mengindahkan apa yang diperintahkan oleh siapa yang kepadanya ia mengabdi. 3) Tidak memastikan sesuatu untuk dia laksanakan kecuali mengaitkannya dengan izin dan restu siap ayang kepadanya dia mengabdi.”
“Kata kami atau kekamian dan kebersamaan yang digunakan dalam ayat adalah untuk: pertama, menggambarkan bahwa ciri khas ajaran islam adalah kebersamaan dan setiap muslim harus punya kesadaran sosial. Kedua, agar ibadah hendaknya dilakukan secara bersama-sama, jangan sendiri-sendiri.”
“Cahaya yang kita lihat sebelum terdengarnya letusan meriam, bukanlah penyebab meletusnya meriam” (David Hume) “Ayam yang selalu berkokok sebelum terbitnya fajar, bukan ia yang menerbitkan fajar itu.” (Ibnu Sina) “Apa yang terjadi, semua diwujudkan oleh suatu kekuatan Yang Maha Dahsyat lagi maha Mengetahui Super Reasoning Power.” (Einstein)
“Bantuan Allah yang didambakan akan datang melalui kerja sama antara manusia” “Allah menuntun setiap makhluk kepada apa yang perlu dimilikinya dalam rangka memenuhi kebutuhannya.”
“Tingkat petunjuk: Pertama, penciptaan dorongan untuk mencari hal-hal yang dibutuhkan. Kedua, Panca Indera. Ketiga, yang meluruskan kesalahan panca indera yaitu Akal”
“Empat tingkatan hidayah (Thahir Ibn Asyur): Pertama, potensi penggerak dan tahu, kedua, dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, ketiga, hidayah yang tidak dapat dijangkau oleh analisis dan aneka argumentasi akliah, dan keempat, puncak hidayah, tersingkapnya hakikat-hakikat yang tertinggi.”
“Sirathal mustaqim adalah jalan orang-orang yang sukses dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.”
Oke dech. Makasih banyak Pak Quraish Shihab:-)
NB: Kalau ingin memiliki koleksi Tafsir Al Misbah, Informasi dan Layanan Antar Sampai Rumahnya dapat menghubungi 085868666570 / 08179406624 atau via email nur_beti@yahoo.com.
0 comments:
Posting Komentar